Page 1 of 7

p-ISSN: 2477-8494 e-ISSN: 2580-2747 Jurnal Agrotek Indonesia (8) 1: 49-55 (2023)

Pengaruh Berbagai Bahan Organik dan Pupuk ZA pada Metode Double Digging Terhadap Pertumbuhan

dan Hasil Bawang Merah Varietas Lembah Palu (Allium cepa L. Var. Aggregatum)

The Effect of Various Organic Matters and ZA Fertilizer in Double Digging Method on the Growth and

Yield of the Lembah Palu Variety Shallot (Allium cepa L. Var. Aggregatum)

Yulinda Tanari1*)

, Bayu Aji Prabowo 1)

, Ita Mowidu 1)

1)Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Sintuwu Maroso Poso

Jalan Pulau Timor No 1 Poso Sulawesi Tengah *Penulis untuk korespondensi: yulinda@unsimar.ac.id

Diterima 7 Januari 2023 / Disetujui 14 Maret 2023

ABSTRACT

Shallot is a leading horticulture commodity in Indonesia that has long been intensively cultivated. Soil

preparation by increasing soil fertility are technologies that can be applied to increase shallot yield. This study

aims to determine the effect of the combination of organic matter and ZA fertilizer using the double digging method

on the growth and yield of the ‘Lembah Palu’ variety shallots. This research was conducted in Sintuwu Lemba

Village, Lage District, Poso Regency, from February to June 2020. The study used a factorial randomized block

design which consists of two treatment factors. The first factor was the use of organic matter (without organic

matter, gliricidia leaves (Gliricidia sepium), banana stems, and rice straw), and the second factor was the dose of

ZA fertilizer (without ZA and 400 kg/ha). This study concluded that there was a significant interaction between

the types of organic matter and ZA fertilizer dosage in the double-digging method. The application of rice straw

without ZA fertilizer in the double digging method gave the highest yield of 2.82 tons/ha. Rice straw as the organic

matter gave the highest average growth and yield of shallots, although they were not significantly different from

gliricidia leaves and banana stems. The application of ZA fertilizer had no significant effect on the growth and

yield of shallot.

Keywords: double digging, organic matter, shallot, ZA fertilizer

ABSTRAK

Bawang merah merupakan komoditas unggulan sayuran di Indonesia sehingga perlu dibudidayakan

secara intensif. Pengolahan tanah dan pemupukan merupakan teknologi yang dapat diterapkan untuk

meningkatkan produksi bawang merah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasi bahan

organik dan pupuk ZA pada metode double digging terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah

varietas Lembah Palu. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sintuwu Lemba Kecamatan Lage Kabupaten Poso dari

bulan Februari hingga Juni 2020. Penelitian menggunakan rancangan lingkungan Rancangan Acak kelompok

pola faktorial dua faktor yaitu faktor pertama adalah penggunaan bahan organik (tanpa bahan organik, daun

gamal, batang pisang dan jerami padi) dan faktor kedua adalah dosis pupuk ZA (tanpa ZA dan 400 kg/ha).

Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat interaksi yang nyata antara jenis bahan organik dan pupuk ZA

pada metode double digging. Penggunaan jerami padi tanpa aplikasi pupuk ZA pada metode double digging

memberikan hasil tertinggi sebesar 2,82 ton/ha. Jenis bahan organik jerami padi memberikan rata-rata

pertumbuhan dan hasil bawang merah yang tertinggi meskipun berbeda tidak nyata dengan daun gamal dan

batang pisang. Aplikasi pupuk ZA berpengaruh tidak nyata terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah.

Kata kunci: bahan organik, bawang merah, double digging, pupuk ZA

PENDAHULUAN

Bawang merah (Allium cepa L) merupakan

sayuran semusim yang menempati posisi pertama

sebagai komoditas unggulan sayuran di Indonesia.

Bawang merah memiliki peluang untuk terus

dikembangkan dan dibudidayakan secara intensif

karena fungsinya sebagai bahan konsumsi dalam

negeri maupun untuk tujuan ekspor. Menurut Pusat

Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, (2018),

ekspor bawang merah tahun 2018 menjadi

penyumbang devisa terbesar dari sayuran semusim

dengan jumlah berat bersih 5,22 ribu ton.

Salah satu varietas bawang merah yang telah

dilepas oleh Kementerian Pertanian adalah bawang

merah varietas Lembah Palu. Potensi hasil bawang

merah varietas Lembah Palu adalah 9,7 ton/ha

(Kementan, 2011), sedangkan hasil penelitian

Saidah (2001; 2002) produktivitas bawang merah

tanpa perlakuan hanya sebesar 1,2 ton/ha (Pasigai,

Page 2 of 7

p-ISSN: 2477-8494 e-ISSN: 2580-2747 Jurnal Agrotek Indonesia (8) 1: 49-55 (2023)

2016). Peningkatan produksi dapat dilakukan

dengan sentuhan teknologi.

Pengolahan tanah dan peningkatan

kesuburan tanah merupakan teknologi yang dapat

diterapkan untuk meningkatkan produksi bawang

merah. Pengolahan tanah dengan metode double

digging adalah penggalian ganda yang

menghasilkan struktur tanah yang gembur.

Penambahan bahan organik dan pupuk ZA pada

metode double digging dapat meningkatkan

produksi. Menurut Saragih et al., (2014)

pengolahan tanah berpengaruh nyata meningkatkan

produksi tanaman bawang merah. Darma (2015)

menyatakan bahwa bawang merah mempunyai

perakaran yang dangkal sehingga memerlukan

media tanam yang gembur serta mempunyai

drainase dan aerasie yang baik untuk mendukung

pertumbuhannya. Menurut Sumami (2005), bawang

merah merupakan salah satu jenis tanaman yang

membutuhkan banyak sulfat karena unsur sulfat

merupakan salah satu penentu kualitas tanaman

sayuran.

Double digging bertujuan mendapatkan

nutrisi yang lebih banyak melalui penambahan

bahan organik ke dalam tanah (Hastuty, 2013).

Menurut Farmer handbook (2010), double digging

dapat membuat tanah lebih subur, menyerap lebih

banyak air, meningkatkan aerasi, memungkinkan

akar tanaman tumbuh lebih dalam. Bahan organik

yang dimasukkan ke dalam tanah olahan berperan

sangat penting dalam menciptakan struktur tanah

yang ideal bagi pertumbuhan tanaman,

meningkatkan kemampuan tanah menahan air,

meningkatkan kapasitas infiltrasi, dan stabilitas

agregat tanah dan pada akhirnya akan menurunkan

aliran permukaan dan erosi.

Pupuk ZA adalah pupuk amonium sulfat

dengan rumus kimia (NH4)2SO4 yang mengandung

hara nitrogen (N) 21% dan belerang (S) 24%

(Kementan, 2016). Nitrogen (N) dan Belerang (S)

merupakan unsur esensial, sebagai nutrisi yang

menjadi bagian dari komponen senyawa karbon

(Taiz & Zeiger, 2010). Hasil penelitian Putra

(2013) menunjukkan bahwa aplikasi 250 kg ZA/ha

menghasilkan tinggi tanaman, jumlah daun, bobot

segar dan bobot umbi serta jumlah dan bobot siung

yang terbaik pada tanaman bawang putih. Aplikasi

ZA pada sawi memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap tinggi tanaman, jumlah daun

dan bobot basah akar (Mahaputra et al., 2016).

Menurut Sumami (2005), pupuk ZA diaplikasikan

dengan dosis 300 sampai 500 kg/ha pada umur 10-

15 hari setelah tanam (hst). Pada saat itu cadangan

makanan dari umbi sudah habis, sehingga perlu

unsur N dan S untuk pembentukan daun, batang dan

akar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh kombinasi bahan organik dan pupuk ZA

pada metode double digging terhadap pertumbuhan

dan hasil tanaman bawang merah varietas Lembah

Palu

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilaksanakan di Desa Sintuwu

Lemba Kecamatan Lage Kabupaten Poso, pada

bulan Februari hingga Juni 2020.

Bahan yang digunakan dalam penelitian

adalah benih bawang merah varietas lembah palu,

daun gamal, jerami padi, batang pisang dan dithane

M-45. Alat yang digunakan adalah cangkul,

meteran, sekop, ember, timbangan digital, alat tulis,

dan kamera.

Unit percobaan diatur menurut Rancangan

Acak Kelompok (RAK) 2 faktor, yaitu faktor

pertama jenis bahan organik yang digunakan terdiri

atas:

B0: Tanpa bahan organik

B1: Bahan organik daun gamal

B2: Bahan organik batang pisang

B3: Bahan organik jerami padi

Faktor kedua adalah pemberian pupuk ZA yang

terdiri atas:

Z0: Tanpa pemberian ZA

Z1: Pemberian ZA 400 kg/ha

Dengan demikian terdapat 8 kombinasi perlakuan

yang diulang 3 kali sehingga terdapat 24 unit

percobaan.

Pembuatan Bedengan Dengan Metode Double

Digging

Bedengan berukuran 100 cm x 200 cm

dibuat sebanyak 24 unit. Jarak antar perlakuan

adalah 40 cm dan jarak antar ulangan 50 cm.

Bedengan dibagi menjadi 4 bagian masing-masing

50 cm, kemudian digali sedalam 30 cm. Tanah

galian diangkat dan diletakkan di pinggir bedengan.

Lubang galian diberi bahan organik sesuai dengan

perlakuan sampai setinggi 20 cm dari dasar lubang

kemudian ditimbun dengan tanah galian (top soil)

yang diletakkan di pinggir bedengan dari

penggalian sebelumnya. Pembenaman bahan

organik dilakukan 2 bulan sebelum penanaman.

Sebelum dibenamkan, Jerami padi dan batang

pisang dicacah atau dipotong-potong dengan

ukuran sekitar 2 cm.

Penanaman

Sebelum tanam, umbi dipotong 1/3 bagian

teratas kemudian direndam dalam larutan dithane

M-45 selama 10 menit, untuk mencegah serangan

jamur. Umbi ditanam pada jarak tanam 20 cm x 20

cm dengan jarak 10 cm dari pinggir bedengan.

Aplikasi ZA

Pupuk ZA diberikan dua kali yaitu pada

umur 15 dan 35 hst, masing-masing 50% dari dosis

yang diperlukan. Aplikasi pupuk ZA dilakukan

pada barisan antar tanaman.

Parameter Pengamatan

Untuk mengetahui pengaruh perlakuan,

Page 3 of 7

p-ISSN: 2477-8494 e-ISSN: 2580-2747 Jurnal Agrotek Indonesia (8) 1: 49-55 (2023)

maka dilakukan pengamatan terhadap tinggi

tanaman, jumlah daun, panjang akar, bobot. basah

dan kering akar, bobot umbi per rumpun, bobot

umbi basah dan kering per petak serta hasil umbi

kering simpan per hektar.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tinggi Tanaman

Tabel 1 menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh

perlakuan baik secara tunggal maupun kombinasi

antara jenis bahan organik dan aplikasi ZA. Pada

hari ke-14 setelah tanam, belum ada efek

penambahan pupuk karena pupuk ZA diaplikasikan

pada 15 dan 35 hari setelah tanam. Aplikasi pupuk

ZA berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman

pada pengamatan hari ke-28 dan 35 setelah tanam,

dimana rata-rata tinggi tanaman pada tanpa aplikasi

ZA lebih tinggi dan berbeda nyata dengan aplikasi

ZA 400 kg/ha. Hal ini menunjukkan bahwa

perbedaan tinggi tanaman bukan disebabkan oleh

aplikasi ZA. Pupuk ZA mengandung hara utama S

dan N. Menurut Hadiwati et al., (2017), S terutama

berperan untuk memicu metabolisme tanaman yang

berhubungan dengan kualitas nutrisi tanaman

sayuran. Herwanda & Eko (2017) menambahkan

fungsi sulfur pada tanaman bawang merah ialah

menambah aroma, mengurangi penyusutan selama

penyimpanan dan memperbesar umbi bawang

merah. Dengan demikian, S bukan menjadi faktor

yang akan meningkatkan tinggi tanaman. Meskipun

N berperan dalam pertumbuhan vegetatif tanaman,

tambahan N dari ZA bukan menjadi penyebab

naiknya tinggi tanaman. Diduga sumber N Sebagian

berasal dari bahan organik yang diaplikasikan pada

2 bulan sebelum tanam pada saat pelaksanaan

double digging. Hal ini dapat dilihat dari tinggi

tanaman yang lebih tinggi pada aplikasi bahan

organik. Selain itu, di dalam tanaman N lebih

berperan dalam merangsang tumbuhnya anakan,

membuat tanaman menjadi lebih hijau, serta

merupakan bahan penyusun klorofil daun, lemak

dan protein (Arimbawa, 2016). Jadi, tampaknya N

tidak berperan langsung terhadap tinggi tanaman

Tabel 1. Rata-rata tinggi tanaman bawang merah pada umr 14, 21, 28, dan 35 hst dengan perlakuan jenis bahan

organik dan pupuk ZA pada metode double digging.

Perlakuan Tinggi tanaman (cm) pada hari ke

14 21 28 35

Jenis bahan organik (B)

Tanpa bahan organik (B0) 12,90a 19,01a 23,00a 25,57a

Daun gamal (B1) 14,12a 19,56a 23,21a 25,66a

Batang pisang (B2) 13,33a 19,93a 23,63a 26,62a

Jerami padi (B3) 13,50a 19,11a 23,02a 26,05a

Pupuk ZA (Z)

Tanpa ZA (Z0) 13,75a 19,71a 24,06a 26,90a

ZA 400 kg/ha (Z1) 13,23a 19,09a 22,37b 25,05b

Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh notasi yang tidak sama, berbeda nyata pada taraf uji DMRT 5%.

Faktor lain yang diduga berpengaruh

terhadap tinggi tanaman adalah rendahnya tingkat

kesuburan tanah. Berdasarkan hasil analisis tanah

awal, kandungan unsur hara sangat rendah. Hal ini

ditunjukkan oleh kadar N-total rendah (0,12%), P

tersedia (Bray I) sangat rendah (3,77 ppm), P

potensial (ekstrak HCl 25%) rendah (183,40 ppm),

KTK rendah (13,46 cmol(+)/kg), kadar C-Organik

atau bahan organik sangat rendah (0,68% atau

1,17%), kejenuhan basa sedang (47,08%) serta

kadar hara mikro Fe, Cu, dan Mn DTPA melampaui

kadar kecukupan, yaitu berturut-turut dari 4,5; 0,2;

dan 1,0 ppm (kadar kecukupan) menjadi 111,45;

1,74; dan 22,92 ppm (hasil anaisis tanah awal).

Kejenuhan basah sedang pada KTK tanah yang

rendah menunjukkan bahwa kation-kation basa

yang menjenuhi muatan permukaan rendah. Hasil

analisis menunjukkan kation tertukar Ca, Mg, K dan

Na berturut-turut adalah 1,65; 4,45; 0,13 dan 0,11

(cmol (+)/kg). Data tersebut menunjukkan bahwa K

dan Na tertukar paling rendah. Padahal di dalam

tanaman, jika kadar K kurang, perannya dapat

digantikan oleh Na. Kurangnya K dan Na tertukar

bisa menyebabkan kurangnya serapan K oleh

tanaman dan menyebabkan tidak optimalnya proses

metabolisme dalam tanaman.

Rata-rata tinggi tanaman pada 35 hst adalah

25 hingga 27 cm. Pasigai (2016) menyatakan bahwa

tinggi tanaman bawang merah varietas lembah Palu

20 – 34 cm. Hal itu berarti bahwa tinggi tanaman

pada 35 hst sudah mencapai kisaran tinggi

optimum.

Jumlah Daun

Faktor tunggal aplikasi pupuk ZA

berpengaruh nyata terhadap jumlah daun pada umur

21, 28 dan 35 hst (Tabel 2), sedangkan jenis bahan

organik dan kombinasinya berpengaruh tidak nyata.

Aplikasi ZA 400 kg/ha menyebabkan peningkatan

jumlah daun pada penelitian ini karena Pupuk ZA

mengandung 21% N dan 24% S. Nitrogen terutama

berperan dalam pertumbuhan vegetatif tanaman dan