Representasi Perempuan dalam Rezim Wacana Orde Baru
DOI:
https://doi.org/10.35706/jprmedcom.v3i2.6258Abstrak
Representasi adalah istilah populer dalam kajian komunikasi dan media. Tulisan ini mengambil posisi untuk menyajikan representasi dengan paradigma kritis. Tulisan ini berargumen bahwa representasi tidak bisa dimaknai sederhana sebagai penggambaran kembali, melainkan representasi adalah kendaraan dari simbol untuk dapat dimaknai dalam ruang wacana yang spesifik. Dengan kata lain, representasi akan memiliki karakter spesifik pada rezim pengetahuan, wacana, dan kebudayaan tertentu. Di balik representasi itu, ideologi kekuasaan dan dominasi berkelindan dengan simbol dan penanda. Tulisan ini menggambarkan representasi perempuan dalam dua ruptur sejarah (rezim wacana) yang berbeda, yaitu Orde Baru (Orba) dan masa setelahnya (pasca-Orba) di Indonesia. Tulisan ini mengambil subjek artefak media yang peneliti bagi ke dalam dua tipologi, yaitu aparatus dan media. Aparatus di dalam subjek penelitian ini adalah buku sekolah masa Orba. Sementara, media dalam subjek penelitian ini adalah pembandingan (poster) film di antara dua rezim wacana berbeda. Dengan mengambil contoh berupa buku sekolah masa Orba, poster film Suzzana, Catatan si Boy, dan Warkop DKI, tulisan ini berargumen bahwa representasi perempuan pada masa Orba mendukung domestifikasi, eksploitasi, dan komodifikasi tubuh perempuan. Tulisan ini menggunakan paradigma kritis, pendekatan kualitatif, dengan metode berupa desk research. Penelitian ini menggunakan metodologi berupa reduksi data dan pengodean aksial.