Faktor-Faktor yang mempengaruhi Disfasia Perkembangan Anak di Kota Karawang
Isi Artikel Utama
Abstrak
ABSTRAK
Beberapa anak gagal mengembangkan kemampuan berbahasanya tanpa alasan yang jelas. Ketidakmampuan tersebut biasanya terlihat dari kesulitan dalam menghasilkan dan memahami bahasa lisan, kurangnya kepintaran atau gangguan perkembangan lainnya. Hal ini biasanya menyebabkan kesulitan membaca dan menulis, dalam sejumlah besar kasus, kesulitan bahasa tersebut akan berlangsung terus-menerus sampai masa remaja. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei- Juni 2018 di Rumah Sakit Dewi Sri Karawang dan di Masyarakat wilayah Karawang.
Penelitian ini bertujuan menggambarkan faktor tingkat tingkat pendidikan ibu, status merokok di keluarga, dan status kehamilan ibu dengan disfasia perkembangan pada anak di Karawang selain itu juga menentukan korelasi antara faktor-faktor tersebut. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data dilakukan dengan metode pengisian quisioner dan wawancara oleh orang tua pasien anak terdiagnosis disfasia sebagai kelompok kasus dan pada orang tua anak pada masyarakat di sekitar sebagai kelompok kontrol.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan ibu yang paling banyak adalah SMA baik di kelompok kontrol maupun kelompok kasus. Pada kelompok kasus 60% anggota di keluarganya ada yang merokok sedangkan di kelompok kontrol 86,4%. Status kehamilan yang paling banyak adalah multigravida baik pada kelompok kasus maupun kelompok kontrol. Anak yang mengalami panas kejang pada kelompok kasus ada sebanyak 50% sedangkan pada kelompk kontrol ada sebanyak 13,6%. Anak dengan keterpaparan multimedia lebih dari 1 jam di kelompok kasus ada sebanyak 80% sementara di kelompk kontrol sebanyak 31,8%. anggota keluarga yang mengalami disphasia di kelompok kasus ada sebanyak 46,7% sedangkan di kelompok kontrol ada sebanyak 4,6%.
Kata Kunci : Disfasia, Identifikasi faktor risiko, dan keterpaparan multimedia
Unduhan
Rincian Artikel
Referensi
DAFTAR PUSTAKA
Acharya A dan Dulebohn S. 2017. Aphasia, Broca. [Diakses tanggal 25 Mei 2017]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. Diakses dari: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK436010/
Yeung HH dan Werker JF. 2009. Learning words’ sounds before learning how words sound: 9-month-olds use distinct objects as cues to categorize speech information. Cognition. 113(2): 234–243.
Hsiung GYR dan Feldman HH. 2007. GRN-Related Frontotemporal Dementia. Sep 7 [Updated 2013 Mar 14]. In: Pagon RA, Adam MP, Ardinger HH, et al., editors. GeneReviews® [Internet]. Seattle (WA): University of Washington, Seattle; 1993-2017. Diakses dari: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK1371/.
Sices, L., Taylor, H. G., Freebairn, L., Hansen, A., dan Lewis, B. 2007. Relationship Between Speech-Sound Disorders and Early Literacy Skills in Preschool-Age Children: Impact of Comorbid Language Impairment. Journal of Developmental and Behavioral Pediatrics. 28(6): 438–447.
McLeod S dan McKinnon DH. 2007. Prevalence of communication disorders compared with other learning needs in 14,500 primary and secondary school students. International Journal of Language and Communication Disorder. 42:37–59.
Sharp HM dan Hillenbrand K. 2008. Speech and language development and disorders in children. Pediatric Clinics of North America. 55:1159-1173
Boyle CA, Boulet S, Schieve LA, Cohen RA, Blumberg SJ, Yeargin-Allsopp M, Visser S, dan Kogan MD. 2011. Trends in the prevalence of developmental disabilities in US children, 1997–2008. Pediatrics. 127(6): 1034–1042
Leung KA dan Kao PC. 1999. Evaluation And Management of The Child With Speech Delay.American Family Physician; 59 (1): 32-45.